Senin, 20 Juli 2009

OPINION

“Ketik Reg spasi … dan kami akan meramalkan nasib anda” itulah penggalan dari iklan yang saat ini semakin gencar di setiap media cetak atau TV. Semakin bermunculannya iklan-iklan seperti itu menggambarkan semakin berkurangnya nilai-nilai keimanan bangsa ini bahkan mungkin juga semakin berkurangnya nilai-nilai moralnya juga.
Mengambil intisari dari buku The Secret bahwa hidup ini menganut sistem ketertarikan, mengindikasikan jika kita, tanpa bantuan manusia pun, dapat membangun hidup kita sesuai dengan apa yang kita yakini tinggallah do’a kita kepada yang Maha Kuasa. “Ora et Labora” atau berdoa dan berusaha yang diambil dari bahasa Yunani, menunjukkan bahwa kita sebagi manusia diwajibkan untuk berdo’a sebagai penentu niat dan berusaha sebagai bukti nyata mewujudkan cita-cita yang akan penuh dengan hambatan, kesulitan, dan kadang penuh luka. Dalam Al-qur’an Allah berkata, Ia tidak akan merubah nasib suatu kaum sampai kaum tersebut yang merubahnya.
Bertukar pikiran untuk akhirnya memutuskan sesuatu memang di perlukan tetapi bukan menyerahkan masa depan di tangan sesama mahluk yang juga memiliki kekurangan. Adalah manusia yang juga memiliki sifat mencari-cari suatu hal yang berada diluar rasionalnya. Manusia akan senantiasa menelaah dan menganalisa apa dan siapa Tuhan mereka. Bagi yang beruntung mereka akan mendapatkan hidayah, bagi yang tidak maka mereka akan tak terpuaskan. Namun mengkultuskan manusia sebagai penentu langkah masa depan bukanlah hal yang tepat. Maka beruntunglah bagi anda yang bertuhan…
(Jakarta, July 18, 2009)




Terrorists? NO WAY….
Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Umat Islam memliki dua pilar utama sebagai petunjuk ke arah hidup yang saleh dan akhirat yang damai. Sebagai umat Islam yang kaaffah pastilah mengetahui apakah dua pilar tersebut. Nabi Muhammad di utus untuk memperbaiki aqidah dan akhlak manusia. Sedangkan kitabnya diturunkan sebagai petunjuk orang-orang yang bertakwa.
Jihad fi sabilillah adalah berjuang di jalan Allah untuk mendapatkan ridhoNya. Akan tetapi Jihad bukan hanya di artikan sebagai membom tempat-tempat umum dan menciptakan kondisi yang penuh dengan teror. Dan saya yakin setiap muslim yang mengetahui apa itu Islam sebenarnya tidak akan melakukan hal-hal yang bodoh tersebut. Membuat teror dengan menghancurkan dan membunuh orang yang tidak bersalah bukanlah cara tepat bahkan Islampun mengharamkan perbuatan seperti itu. Setiap non-muslim yang berada disuatu wilayah mayoritas muslim, maka mayoritas muslim tersebut memiliki kewajiban menjaga dan menjamin keselamatan setiap non-muslim.
Banyak hal yang dapat dilakukan dalam upaya mengamalkan jihad karena semua yang kita lakukan atas nama Allah dan demi kebaikan umat muslim serta unat manusia adalah jihad. Mencari nafkah demi keberlangsungan hidup keluarga adalah jihad. Menuntut ilmu yang bermanfaat untuk kemaslahatan dikri dan umat adalah jihad. Makan dan minum yang dimulai dengan namaNya pun jihad. “Yaa ayyuhalladziina aamanu udkhulu fissilmi kaaffah wala tamutunna illa wan antum muslimuun…”.
Satu hal yang perlu di tekankan adalah Islam BUKANlah TERORIS. Pengeboman yang terjadi beberapa tahun ini dilaksanakan oleh segelintir orang dan bisa jadi pihak-pihak yang mengatasnamakan Islam. Terbukti dr. Azahari yang merupakan otak pemboman di Bali bukan warga negara Indonesia. Kemudian Noordin M Top juga di tengarai bukanlah warga negara Indonesia. Indonesia hanyalah sasaran empuk bagi oknum-oknum yang tidak memiliki rasa pertanggung jawaban. Umat Islam di Indonesia BUKANlah TERORIS. SO… Go To Hell for all Terrorists…
Ketidak stabilan yang terjadi di dunia Islam merupakan hasil campur tangan dari pihak-pihak yang memiliki kompetensi dalam menciptakan kehancuran, ketegangan dan lainnya. Kemajuan teknologi pun dapat memberikan dampak negatif dalam memperparah kondisi ketidak stabilan tersebut. Teknologi informasi terutama media yang di kuasai oleh pihak tertentu menyediakan informasi yang menyudutkan dunia Islam. Mereka membuat seolah-olah Islam penuh dengan kekerasan dan darah. Mereka selalu memberitakan mengenai perseteruan yang terjadi di dunia Islam meskipun awalnya hanya perseteruan kecil namun setelah hadirnya pemberitaan yang berat sebelah maka hal tersebut menjadi besar. Kenyataannya jauh disana, di Inggris tepatnya, telah berabad-abad lamanya terjadi pertikaian berdarah antara dua keyakinan akan tetapi karena tidak adanya inetrvensi dari media dan pihak-pihak lainnya maka keadaannya dapat di redam serta relatif stabil.
Timur tengah, negara dunia ketiga, dan umat Islam adalah korban dari pihak yang memiliki kepentingan dibalik ketidak stabilan tersebut. Adalah pihak-pihak yang sebenarnya tidak ingin melihat para korban di atas menjadi maju dan berkembang karena mereka sendiri tak ingin posisi mereka terganggu.
Wallahu ‘alam
(Cikarang, 00.05, July 21, 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Kasih Masukan