Selasa, 04 Agustus 2009

waspada....

Waspadalah…
Tidak terasa dalam beberapa hari Indonesia akan genap berusia 64 tahun. Hari Proklamasi yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945 akan selalu menjadi momen yang paling bersejarah bagi bangsa ini. Setelah 350 tahun dijajah oleh bangsa asing dan 3.5 tahun dijajah oleh saudara satu benua akhirnya bangsa Indonesia mendapatkan kemerdekaannya. Merdeka adalah hal mutlak bagi setiap bangsa bahkan setiap individu, meskipun harus dibayar dengan tetesan darah. Jutaan putra dan putri bangsa gugur demi membela dan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mereka rela meregang nyawa demi mempertahankan setiap jengkal wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang ke Merauke. Kemudian kemerdekaan Indonesia pun di ikuti pula oleh negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Diusianya yang ke 64 bangsa ini telah mengalami segala macam problematika dan polemik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dua rejim pemerintahan yang sempat menumpulkan perkembangan bangsa ini telah menyisakan warisan negatif dan warisan positif. Warisan negatif inilah yang menjadi pekerjaan rumah yang amat rumit untuk dipecahkan. Indonesia adalah bangsa yang besar, kaya akan budaya, bahasa, flora dan fauna, serta yang terpenting adalah sumber daya alamnya. Karena itulah dari semenjak dahulu kala Indonesia menjadi rebutan bangsa-bangsa asing hanya untuk menguasai dan mengeruk kekayaan alam Indonesia. Bahkan hingga kinipun bangsa ini secara abstrak masih diperebutkan.
Salah satu isu yang masih populer hingga saat ini adalah isu akan adanya perbeedaan. Perbedaan merupakan hal yang biasa terjadi dan juga merupakan anugerah dari yang Maha Kuasa. Perbedaan bukanlah hal-hal yang harus dipermasalahkan sehingga bila ada yang mengatakan bahwa perbedaan merupakan faktor penghambat dari kemajuan sebuah bangsa itu merupakan sebuah persepsi yang tidak beralasan. Perumpamaan saja, setiap agama apapun melarang perkawinan sedarah atau incest. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi perkawinan antar gen sejenis yang justru akan merugikan generasi keturunannya. Intinya adalah di perlukannya perbedaan untuk mengisi kekurangan sehingga menghasilkan satu kesatuan yang bermutu. Sebetulnya permasalahan yang muncul dari perbedaan dapat diselesaikan apabila pihak-pihak yang bertikai lebih memikirkan dan memokuskan pada kemajuan bangsa bukanlah pada kepentingan individu atau golongan.
Waspadalah, itulah sebuah kata yang harusnya kita resapi sehingga melahirkan kewaspadaan kita akan hadirnya pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Indonesia adalah negara yang besar berpulau-pulau disertai sumber daya yang belum terjamah itulah faktor utama hadirnya pihak-pihak oportunis yang memanfaatkan ketidak stabilan di negeri ini. Bom JW Marriot-Ritz Carlton dan kasus penembakan di freeport hanyalah sebagian kecil dari kekacauan yang mendapat dukungan dari “luar” . kemudian di ikuti pula oleh kasus sanksi terhadap tim Mutiara Hitam ‘PERSIPURA’ yang mendapat sanksi disiplin dari Komdis PSSI. Tidak main-main, tim ini mendapat hukuman tidak diperbolehkan bermain dalam Copa Indonesia selama 3 musim pertandingan akibat melakukan Walk Out pada laga final Copa Indonesia beberapa waktu lalu. Sanksi tersebut menimbulkan kemelut di persepakbolaan Indonesai yang sedang beranjak bangun dari tidurnya panjang. Ribuan suporter Mutiara Hitam berdemo di depan gedung DPRD Papua. Sekali lagi diperlukanya kewaspadaan, mengingat wilayah propinsi Papua Barat yang senantiasa bergejolak, demi menghindari campur tangan pihak yang tidlak bertanggung jawab. Untuk itu mari kita tingkatkan semangat kebersamaan dan nasionalitas guna mewujudkan negara yang maju dan mandiri.
(Cikarang, 00.14am, August 5, 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Kasih Masukan