Rabu, 24 Juni 2009

Indonesiaku Ironisku

Indonesiaku Ironisku (I)
Manohara Pinoet, Siti Hajar, dan masih banyak lagi yang lain adalah korban dari kurangnya nilai harga diri bangsa Indonesia di mata internasional yang kemudian menyebabkan rendahnya appresiasi masyarakat internasional kepada warga negara Indonesia. Bukan hanya di Malaysia bahkan di negara-negara timur tengah dan eropa pun warga negara Indonesia seakan dipandang sebelah mata. Tindakan yang tidak manusiawi tidak hanya terjadi pada TKI atau TKW yang ada di Malaysia saja tetapi juga terjadi pada para pahlawan devisa yang di berada di beberapa negara timur tengah dan eropa.
Beberapa tahun yang lalu saat masih kuliah, saya tinggal di sebuah kos-kosan yang memperkerjakan seorang pembantu yang berusia sekitar 40 tahunan, sebut saja Neneng. Satu hal yang menarik, Neneng adalah seorang Hajjah padahal pemilik kos-kosan pun saat itu belum bisa meraih gelar tersebut. Ternyata Neneng adalah seorang mantan TKW di sebuah negara di timur tengah ia memang beruntung dapat menunaikan ibadah haji sementara ia bekerja di sebuah rumah sebagai pembantu rumah tangga. Namun malang tak dapat di tolak, setelah beberapa tahun bekerja di sana tiba-tiba Neneng terkena penyakit yang menyebabkan ia mengalami amnesia. Beberapa hari di rumah sakit kemudian Neneng yang masih dengan amnesianya dipulangkan ke tanah air. Malangnya Neneng dideportasi secara halus tanpa harta benda yang ia simpan di negara tempat ia bekerja. Maka ia pun pulang dengan hanya beberapa helai pakaian dan penyakitnya yang belum sembuh.
Bukanlah hal yang aneh bila jasa para pahlawan seringkali dilupakan oleh bangsa ini sementara kita hafal betul sebuah ungkapan “Bangsa Besar adalah Bangsa yang Menghargai Jasa Pahlawannya”. Jadi kesimpulannya....
Indonesiaku Ironisku (II)
Masih ingatkah anda pada Sumpah Pemuda yang melahirkan semangat persatuan dan tertuang dalam sebuah Ikrar “Berbangsa satu, bangsa Indonesia. Berbahasa satu, bahasa Indonesia. Bernegara satu, negara Indonesia.” Indonesia adalah sebuah negara yang kaya, kaya budayanya, kaya sukunya, kaya tradisinya, kaya bahasanya, kaya alamnya, serta kaya hutangnya. Tujuan awal dari Sumpah Pemuda tersebut adalah memupuk dan mengembangkan jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negara dengan cara menciptakan identitas bangsa yang diwujudkan berdasarkan ikrar di atas.
Menjamurnya sekolah dengan embel-embel Internasional merupakan motor dari majunya pendidikan di negeri ini. Tetapi yang jadi permasalahannya adalah penerapan salah satu bahasa asing sebagai bahasa pengantar di sekolah yang umumnya dihuni oleh kalangan atas itu. Penerapan bahasa asing tersebut yang kemudian di ikuti oleh sekolah jenis lainnya merupakan kabar baik dan sekaligus kabar buruk. Kabar baiknya adalah niscaya bangsa ini dapat bersaing dengan bangsa lain oleh karena para generasi baru telah di bekali dengan penguasaan bahasa asing yang mumpuni.
Kabar buruknya adalah hilangnya identitas bangsa ini. Karena dari semenjak dini generasi baru telah di cekoki oleh bahasa asing yang lambat laun akan menghapus perbendaharaan bahasa Indonesia di otak kiri mereka. Inilah yang di sebut dengan penjajahan model baru.....Indonesiaku Ironisku (I)
Manohara Pinoet, Siti Hajar, dan masih banyak lagi yang lain adalah korban dari kurangnya nilai harga diri bangsa Indonesia di mata internasional yang kemudian menyebabkan rendahnya appresiasi masyarakat internasional kepada warga negara Indonesia. Bukan hanya di Malaysia bahkan di negara-negara timur tengah dan eropa pun warga negara Indonesia seakan dipandang sebelah mata. Tindakan yang tidak manusiawi tidak hanya terjadi pada TKI atau TKW yang ada di Malaysia saja tetapi juga terjadi pada para pahlawan devisa yang di berada di beberapa negara timur tengah dan eropa.
Beberapa tahun yang lalu saat masih kuliah, saya tinggal di sebuah kos-kosan yang memperkerjakan seorang pembantu yang berusia sekitar 40 tahunan, sebut saja Neneng. Satu hal yang menarik, Neneng adalah seorang Hajjah padahal pemilik kos-kosan pun saat itu belum bisa meraih gelar tersebut. Ternyata Neneng adalah seorang mantan TKW di sebuah negara di timur tengah ia memang beruntung dapat menunaikan ibadah haji sementara ia bekerja di sebuah rumah sebagai pembantu rumah tangga. Namun malang tak dapat di tolak, setelah beberapa tahun bekerja di sana tiba-tiba Neneng terkena penyakit yang menyebabkan ia mengalami amnesia. Beberapa hari di rumah sakit kemudian Neneng yang masih dengan amnesianya dipulangkan ke tanah air. Malangnya Neneng dideportasi secara halus tanpa harta benda yang ia simpan di negara tempat ia bekerja. Maka ia pun pulang dengan hanya beberapa helai pakaian dan penyakitnya yang belum sembuh.
Bukanlah hal yang aneh bila jasa para pahlawan seringkali dilupakan oleh bangsa ini sementara kita hafal betul sebuah ungkapan “Bangsa Besar adalah Bangsa yang Menghargai Jasa Pahlawannya”. Jadi kesimpulannya....
Indonesiaku Ironisku (II)
Masih ingatkah anda pada Sumpah Pemuda yang melahirkan semangat persatuan dan tertuang dalam sebuah Ikrar “Berbangsa satu, bangsa Indonesia. Berbahasa satu, bahasa Indonesia. Bernegara satu, negara Indonesia.” Indonesia adalah sebuah negara yang kaya, kaya budayanya, kaya sukunya, kaya tradisinya, kaya bahasanya, kaya alamnya, serta kaya hutangnya. Tujuan awal dari Sumpah Pemuda tersebut adalah memupuk dan mengembangkan jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negara dengan cara menciptakan identitas bangsa yang diwujudkan berdasarkan ikrar di atas.
Menjamurnya sekolah dengan embel-embel Internasional merupakan motor dari majunya pendidikan di negeri ini. Tetapi yang jadi permasalahannya adalah penerapan salah satu bahasa asing sebagai bahasa pengantar di sekolah yang umumnya dihuni oleh kalangan atas itu. Penerapan bahasa asing tersebut yang kemudian di ikuti oleh sekolah jenis lainnya merupakan kabar baik dan sekaligus kabar buruk. Kabar baiknya adalah niscaya bangsa ini dapat bersaing dengan bangsa lain oleh karena para generasi baru telah di bekali dengan penguasaan bahasa asing yang mumpuni.
Kabar buruknya adalah hilangnya identitas bangsa ini. Karena dari semenjak dini generasi baru telah di cekoki oleh bahasa asing yang lambat laun akan menghapus perbendaharaan bahasa Indonesia di otak kiri mereka. Inilah yang di sebut dengan penjajahan model baru.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Kasih Masukan